Kamis, 18 November 2021

Masuk Warisan Budaya, Nasi Grombyang Pemalang Proses Pembuatan Istimewa



Nasi grombyang adalah kuliner khas Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Kuliner berbahan utama nasi putih dan daging sapi atau kerbau berbumbu rempah ini ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Proses pengolahan nasi grombyanglah yang membuat makanan itu istimewa.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pemalang, Ismun Hadiyono menyampaikan, nasi grombyang masuk WBTB dalam kategori teknologi tradisional.

“Memang bentuknya benda, masuk Warisan Budaya Tak Benda ini mengacu lebih pada kategori teknologi tradsional," ujarnya.

Diakui, pihaknya mengusulkan nasi grombyang menjadi salah satu WBTB sejak 2019 lalu daan, baru ditetapkan pada 29 Oktober 2021.

Ismun Hadiyono mengatakan melihat perkembangan makanan khas banyak yang diklaim daerah atau bahkan negara lain. Sehingga pihaknya berkewajiban mengusulkan nasi grombyang.

Setelah ditetapkan sebagai salah satu WBTB, pemerintah setempat bertanggung jawab atas empat pilar. Yakni  pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pelestarian.

“Saat ini ada beberapa warung makan yang jual nasi grombyang. Maka, kami akan bertanggungjawab untuk melakukan pelindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pelestarian,” tandasnya.

Nama grombyang berasal dari bahasa Pemalang yang berarti berarti mengapung di permukaan atau bergoyang-goyang. 

Dalam penyajiannya, komposisi kuah lebih banyak ketimbang nasinya, sehingga nasi dapat mengapung dan bergoyang-goyang di antara kuah. Nama grombyang tidak bisa didapati di kota-kota lain, sangat ikonik dan unik.

Tidak diketahui dengan pasti kapan makanan khas ini mulai diciptakan. Konon, nasi grombyang sudah ada sejak 1960-an. 

Pada waktu itu penjual nasi grombyang menjual dagangannya secara tidak menetap, tetapi berkeliling kampung.

Salah seorang pewaris nasi grombyang, Waridin menceritakan sudah membuka usaha jual nasi grombyang sejak 1978, yang sebelumnya ikut membantu pamannya, Warso dalam usaha yang sama.

“Awalnya ikut paman jual nasi grombyang, akhirnya buka sendiri sejak tahun 1978 sampai sekarang. Dulu dari harga 15 perak (Rp15), sampai sekarang sudah Rp16 ribu per porsi,” katanya.

Warung Waridin berada di Jalan Gatot Subroto nomor 35 Kecematan Pemalang.
Ia mengungkapkan membuat nasi grombyang lebih rumit ketimbang soto daging ataupun daging kuah lainnya. 

Mulai memasak daging, mengiris, ditambah menu kaldunya yang terbuat dari kluwak, serundeng serta lemak daging itu sendiri. 

Kuahnya pun dibumbui rempah, seperti lengkuas, jahe, kunyit, daun salam, kemiri, dan lainnya. Kemudian sebelum disajikan ditaburi irisan onclang dan bawang merah.

“Kalau dulu pakai daging kerbau, tapi karena sekarang sulit akhirnya pakai daging sapi. Butuh dua sampai tiga jam untuk membuat nasi grombyang,” jelasnya.

Waridin pun bangga melanjutkan warisan resep nenek moyangnya berbuah manis, setelah nasi grombyang ditetapkan menjadi salah satu WBTB.

“Saya senang dan bangga ini tercatat sebagai Warisan Budaya,” paparnya.

Kebanggan lain diceritakan Waridin, ketika Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mampir dan menikmati nasi grombyangnya. 

Kala itu ia tidak tahu, karena orang nomor satu di Jawa Tengah itu berpenampilan seperti pelanggan umum. Sejak didatangi Gubernur Jateng makin ramai warungnya. Sumber: Kominfo Jateng.

0 komentar:

Posting Komentar