Jumat, 26 Agustus 2022

Museum Sepuluh Nopember Gelar Seminar Kajian Sejarah Senjata Mesin Masa Revolusi Surabaya



Seminar menarik digelar Museum Sepuluh Nopember dengan menghadirkan pembicara Drs.Sumarno, M.Hum ahli sejarah dari Universitas Negeri Surabaya, Ady Setyawan penulis juga penggiat sejarah, Giatna anggota Kopaska Armada II Surabaya, dan dimoderatori oleh Agus.

Kegiatan digelar di Ruang Rapat Auditorium Museum Sepuluh Nopember, mulai pukul 10 hingga jam 12 siang, pada 25 Agustus 2022. Dihadiri beberapa komunitas, akademisi, Pramuka dan perwakilan sekolah.

https://youtu.be/Rs1GkFYSnic

Purwati perwakilan museum saat membuka acara menyampaikan harapan bahwa kegiatan seminar dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi hadirin maupun pihak museum.

Pada kesempatan itu, Sumarno menjelaskan tentang sejarah senjata api di Medan perang. Mulai dari asal usul senjata api dari bubuk mesiu yang pertamakali ditemukan di China pada lebih dari seribu tahun lalu, hingga meriam dan granat yang menggunakan bubuk mesiu. 

Kemudian pada abad ke 13, senjata modern telah menyebar dari Asia ke Eropa. Para perajin logam dari Amerika mengembangkan senapan panjang untuk berburu. Ketika terjadi perang revolusi tahun 1776, pejuang milisi Amerika Serikat menggunakan senapan berburu ini mengusir tentara Inggris. 



Tahun 1836, Samuel Colt menciptakan pistol genggam dan memproduksi secara massal.

Sumarno juga menjelaskan asal senjata yang digunakan para pejuang tanah air dari hasil merebut milik tentara Jepang. Gudang senjata tentara Jepang di Surabaya berada di Don Bosco dan Kedung Cowek. 

Sedangkan markas Jepang yang menjadi penyerbuan di antaranya; Markas Kaigun, Markas Polisi Istimewa, Markas Kempeitai, Markas Kohara Butai di Gunungsari dan Kompleks Lindeteves.

Kempeitai merupakan polisi rahasia sekaligus polisi militer tentara kekaisaran Jepang. Markas Kempeitai yang menjadi lambang kekejaman Jepang menjadi sasaran para pemuda untuk melucuti senjata dan mengambil alih aset asetnya.

Sementara itu, Ady Setyawan penulis juga penggiat sejarah dari Roodebrug Soerabaia menjelaskan secara detail tentang senjata di masa revolusi Surabaya. Ady menunjukkan salah satu senjata laras panjang dengan simbol bunga seruni kekaisaran Jepang yang dihapus tentara mereka saat kalah perang dari sekutu.

"Kalau sampai lambang bunga belum terhapus biasanya tidak dibawa tentara Jepang tapi kondisi disimpan dalam gudang," ujar Ady.



Ady juga mengungkap sejarah bahwa para pejuang Indonesia juga membuat senjata rakitan. Tukang besi di daerah sekitar Petekanlah yang membuat senjata rakitan pesanan para pejuang Surabaya.

Perbincangan makin menarik, kala Giatna anggota Kopaska Armada II Surabaya menunjukkan senapan mesin dengan jarak tembak maksimal hampir 1 km. Berat senapan mencapai 9 kg dengan tembakan 350 - 400 peluru permenit.

Bahkan ada senjata menggunakan kaki tiga dengan bobot 50 kg yang harus dioperasikan 3 orang. "Senapan ini digunakan untuk memberi bantuan tembakan dari posisi posisi statis. Senjata tersebut dari hasil rampasan tentara Jepang, India Inggris dan Belanda," terangnya. 

Acara diakhiri dengan tanya jawab peserta. Denny D'Colo Ketua Unimaxx Photo Community yang turut hadir sebagai peserta mengapresiasi kegiatan seminar yang diselenggarakan pengelola Museum Sepuluh Nopember.

"Beragam jenis senjata di masa perjuangan yang perlu diketahui untuk menambah wawasan. Bagi masyarakat yang ingin melihat secara detail tentang senjata maupun perjuangan arek-arek Surabaya datang langsung ke Museum Sepuluh Nopember," ajak Denny D'Colo. 

0 komentar:

Posting Komentar