Sabtu, 18 Februari 2023

Cerita Bu Murti Pensiunan Guru Kini Buka Kedai Pangsit Mie Ayam & Dimsum Artamara


Usaha memang tidak memandang usia, asalkan dijalani dengan hati dan keuletan. Seperti pasangan suami istri, Bu Murti dan Pak Agustinus Sutrisno.

Keduanya adalah pensiunan guru SMA YPPI I Surabaya yang kini memilih mengisi keseharian dengan membuka Kedai Pangsit Mie Ayam & Dimsum Artamara, di Jalan Siwalankerto, No. 141, berjarak hanya beberapa meter dari Kampus UK Petra Surabaya.

Kedai kecil namun banyak menu yang disajikan, sehingga membuat puas pelangganya, terutama kalangan mahasiswa. Harga pun masih terbilang terjangkau dengan rasa juara.





Adapun menu yang ditawarkan seperti; pangsit mie ayam bakso, dimsum, beef mie, Beef Rice Bowl Sambal Matah, bakso kuah, hiwan kuah, kembang tahu, siomay, Hakau, dan sebagainya. Harga makanan mulai 15k.

Sedangkan minumnya ada teh, kopi, susu, jus buah dan sebagainya. Harga minuman mulai 4k.

Bu Murti menceritakan awal usahanya, karena dirinya telah menjalani pensiun sebagai guru, pada tahun 2019. 

Oleh putra pertamanya, Eric ditawari membuka usaha kuliner. Mereka pun diskusi kuliner apa yang harus dijual. Eric yang lulusan Monas Culinary akhirnya memutuskan menu Chinese Food.

Ia pun mengajarkan ilmu memasak menu-menu khas Chinese Food. "Belajarnya lama. Terus semua menu harus dicoba dulu dan dibagikan ke rekan atau keluarga untuk rasanya. Setelah melalui uji coba, akhirnya dibukalah kedai Artamara ini tahun 2020 pas pandemi," terang Bu Murti.

Pandemi membuat usaha Bu Murti dan Pak Agustinus terbilang jatuh bangun karena sepi pembeli. Namun, keduanya tetap menjalani usaha ini. 

"Pas pandemi memang sepi pembeli. Peraturan pemerintah tidak boleh makan di tempat harus take away atau dibawa pulang. Itu pengalaman kami," imbuh Bu Murti.

Kedua pasangan suami istri inipun yang memasak semua menu, saat pembeli datang memesan makanan. Dengan cepat dan sigap menu matang. 

"Beberapa menu memang ada yang kami persiapkan dari rumah. Jadi tinggal meracik, memasak sedikit dan menyajikan," imbuh ibu dua anak ini.

Bu Murti pun dengan bahagia menceritakan jalinan keakraban yang dibangun bersama para pelanggan. Bahkan ia pun mengetahui nama satu per satu mahasiswa yang sering makan di kedainya.

"Dulu waktu saya menjadi guru juga begitu. Akrab dengan para murid hafal nama mereka. Sekarang setiap para mahasiswa datang selalu saya tanya. Saya menganggap mereka seperti anak sendiri," ujarnya.

Begitulah kisah Bu Murti yang bisa menjadi inspirasi usaha. Beliau menjalani usaha dengan hati dan penuh suka cita bersama suaminya. (Red)

0 komentar:

Posting Komentar