Surabaya – Minggu pagi (14/9/2025), suasana di Kelenteng Mbah Ratu, TITD Sam Poo Sing Bio Surabaya, tampak penuh khidmat sekaligus hangat. Tepat pukul 08.00, para pengurus dan umat memulai rangkaian Djiek Yek Pan Sembahyang Botho dengan doa bersama dan pembacaan Parita yang dipimpin Romo. Usai itu, doa lanjutan dipimpin langsung oleh Hartadi Tanuwijaya, Ketua Yayasan TITD Sam Poo Sing Bio.
Setelah doa, kegiatan berbagi pun dimulai. Sebanyak 1.320 paket sembako disiapkan untuk warga Surabaya dan Morokrembangan. Paket tersebut berisi kebutuhan pokok seperti beras, gula, garam, kecap, minyak goreng, dan mie.
“Kami berterima kasih kepada para donatur atas kelancaran pembagian sembako ini. Semoga kebaikan yang diberikan dibalas dengan kelimpahan rejeki, panjang umur, usaha lancar, dan hidup makmur,” ujar Hartadi Tanuwijaya.
Ia menambahkan, tradisi ini bukan hal baru bagi Kelenteng Mbah Ratu. “Setiap tahun kami melaksanakan Sembahyang Botho dan membagikan sembako kepada masyarakat,” jelasnya.
Pembagian sembako berjalan tertib. Warga penerima datang membawa kupon, lalu menukarkannya dengan satu paket sembako. Proses ini turut dibantu aparat Babinsa setempat, sehingga antrean berlangsung rapi dan lancar.
Bagi warga sekitar, paket sembako ini bukan sekadar bantuan bahan pokok, tetapi juga wujud kepedulian dan kebersamaan. Tradisi Sembahyang Botho di Kelenteng Mbah Ratu pun semakin terasa maknanya—tidak hanya menguatkan spiritualitas umat, tetapi juga menghadirkan senyum dan harapan baru bagi masyarakat.
Sekadar diketahui, Kelenteng Mbah Ratu didirikan tahun 1935 di Surabaya untuk menghormati Laksamana Cheng Ho. Klenteng ini tidak hanya dikunjungi oleh umat Tionghoa, tetapi juga oleh masyarakat Jawa dan Muslim.
Kelenteng Mbah Ratu tak hanya melestarikan budaya Tionghoa tapi juga Jawa dengan mengadakan pertunjukan wayang kulit, pagelaran Campursari Langgam Jawa yang sangat disukai masyarakat. (Red)
0 komentar:
Posting Komentar