Sabtu, 07 Oktober 2023

Wisata Religi Makam Sunan Giri Gresik Tak Pernah Sepi Peziarah dari Berbagai Daerah di Tanah Air


Gresik dijuluki Kota Wali karena banyak makam Waliyullah. Juga disebut Kota Santri karena banyak pondok pesantren yang didirikan di Kota Gresik. 

Banyak wisata religi di Gresik salah satunya makam Sunan Giri adalah salah satu wali songo yang berperan menyebarkan Agama Islam di Gresik.

Makam sunan giri terletak di jalan Sunan Giri, Desa Kebomas, Kecamatan Kebomas, kabupaten Gresik. Makam Sunan Giri tak pernah sepi peziarah yang datang dari berbagai wilayah di tanah air.

Sunan giri bernama asli Raden Paku Muhammad Ainul Yaqin, lahir pada tahun 1442. 

Makam sunan giri dahulunya adalah kerajaan giri Kedaton yang didirikan sunan giri pada 9 Maret 1487. Dalam Komplek makam sunan giri juga dimakamkan ibu asuh, istri dan putra putrinya. 

Astana Giri Kedaton memiliki tiga tingkatan undakan. Undangan pertama tempat kegiatan belajar mengajar pendidikan agama Islam. Undakan kedua adalah lahan pemakaman keluarga di sisi barat. Sedangkan di sisi timur adalah gapura, dan masjid.




Nah, sebagaimana di wisata religi, berderet pasar oleh oleh khas yang bisa dibeli para peziarah selain depot depot kecil menjual nasi dengan lauk pauknya. Harga makanan di sini masih terbilang murah. 

Namun, setiap kali makan di manapun jangan pernah lupa menanyakan harga jika tidak tertera harga menu makanan.

Untuk fasilitas di area Makam Sunan Giri terbilang lengkap, ada masjid, toilet banyak, tempat istirahat, tempat makan dan museum mini. Masuk makam gratis tidak dipungut biaya.

Sedikit Catatan Sejarah
Sekedar diketahui dari sumber situs resmi Pemkab Gresik, Gresik sudah dikenal sejak abad ke-11 ketika tumbuh menjadi pusat perdagangan tidak saja antar pulau, tetapi sudah meluas ke berbagai negara.

Sebagai kota Bandar,gresik banyak dikunjungi pedagang Cina, Arab, Gujarat, Kalkuta, Siam, Bengali, Campa dan lain-lain. 

Gresik mulai tampil menonjol dalam peraturan sejarah sejak berkembangnya agama Islam di tanah jawa. 

Pembawa dan penyebar agama islam tersebut tidak lain adalah Syech Maulana Malik Ibrahim yang bersama-sama Fatimah Binti Maimun masuk ke Gresik pada awal abad ke-11.

Sejak lahir dan berkembangnya kota Gresik selain berawal dari masuknya agama islam yang kemudian menyebar ke seluruh pulau jawa, tidak terlepas dari nama Nyai Ageng Pinatih janda kaya raya yang juga seorang syahbandar.

Dari nama seseorang inilah yang kemudian menjadi tonggak sejarah berdirinya kota gresik. 

Dia adalah bayi asal Blambangan (Kanbupaten Banyuwangi) yang dibuang ke laut oleh kakeknya, dan ditemukan oleh para pelaut anak buah Nyai Ageng Pinatih yang kemudian diberi nama Jaka Samudra. 

Setelah perjaka bergelar Raden Paku yang kemudian menjadi penguasa pemerintah yang berpusat di Giri Kedaton yang dikenal dengan panggilan Sunan Giri.

Kalau Syeh Maulana Malik Ibrahim pada jamannya dianggap sebagai para penguasa, tiang para raja dan menteri, maka Sunan Giri disamping kedudukannya sebagai seorang sunan atau wali (Penyebar Agama Islam) juga dianggap sebagai Sultan/Prabu (Penguasa Pemerintahan).

Sunan Giri salah satu tokoh wali songo dikenal dengan nama Prabu Satmoto atau Sultan Ainul Yaqin.

Tahun dimana beliau dinobatkan sebagai pengusaha pemerintahan(1487 M) akhirnya dijadikan sebagai hari lahirnya kota Gresik. 

Beliau memerintah gresik selama 30 tahun dan dilanjutkan oleh keturunanya sampai kurang lebih 200 tahun

Kota Gresik pun terkenal sebagai kota wali, hal ini ditandai dengan penggalian sejarah yang berkenaan dengan peranan dan keberadaan para wali yang makamnya di Kabupaten Gresik yaitu, Sunan Giri dan Syekh Maulana Malik Ibrahim. 

Kota Gresik disebut pula dengan Kota Santri, karena keberadaan pondok-pondok pesantren dan sekolah yang bernuansa Islami, yaitu Madrasah Ibtida’iyah, Tsanawiyah, dan Aliyah hingga Perguruan Tinggi yang cukup banyak di kota ini. 

Hasil Kerajinan yang bernuansa Islam juga dihasilkan oleh masyarakat, di antaranya; kopyah, sarung, mukenah, sorban dan lain-lain. 

Semula kabupaten ini bernama Kabupaten Surabaya. Memasuki dilaksanakannya PP Nomer 38 Tahun 1974. Seluruh kegiatan pemerintahan mulai berangsur-angsur dipindahkan ke Gresik dan namanya kemudian berganti dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Gresik dengan pusat kegiatan di Kota Gresik.

Kabupaten Gresik yang merupakan sub wilayah pengembangan bagian (SWPB) tidak terlepas dari kegiatan sub wilayah pengembangan Gerbang Kertasusila (Gresik, Bangkalan, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan). 

Termasuk salah satu bagian dari 9 sub wilayah pengembangan Jawa Timur yang kegiatannya diarahkan pada sektor pertanian, industri, perdagangan, maritime, pendidikan dan industri wisata. (Red) 

0 komentar:

Posting Komentar