Kamis, 25 Februari 2021

Manten Pegon Tradisi Pernikahan Masyarakat Surabaya



Setiap adat pernikahan di daerah memiliki ciri khas yang menarik. Termasuk Manten Pegon yakni tradisi pernikahan masyarakat Surabaya yang lahir dari akulturasi budaya Belanda, Jawa, Arab dan Tionghoa. Hal ini tampak pada tata cara maupun langgam pakaian yang dikenakan pasangan pengantin Pegon dengan motif rancak dan gemerlap.

Upacara Manten Pegon terdiri dari dua bagian, yakni upacara pranikah dan upacara nikahan.

Upacara pranikah dimulai dari njodokno/nelisik, ndelok/nontoni, nakokno/ngelamar, peningsetan, malam manggulan (midodareni), dan upacara langkahan.

Upacara nikahan terdiri dari ijab kabul dan temu pengantin.

Adapun rangkaian acara dimulai dari Lorek, Loro Pangkon, Adu Parikan, Adu Silat dan Panggih.




Beberapa komponen dari awal hingga akhir yang menjadi ciri khas dari "Manten Pegon". Diantaranya;

RONTEK: 
Tiruan bunga Manggar yang dililiti kertas warna-warni, melambangkan keruwetan yang dialami dan keinginan untuk menjadi pengantin telah terlaksana/ "udarung roso"

PAYUNG KEBESARAN : 
Memiliki makna untuk memberi pengayoman dan perlindungan kepada keluarga.

JAGOAN/LORO PANGKON: 
Orang yang membawa Ayam Jago depan pengantin pria sebagai simbol pengantin yang gagah berani, ulet dan pekerja keras.

LEROK: 
Penari Edan-edanan yang berdandan menyerupai monyet/"bedes". Memiliki arti seseorang tidak boleh
memandang orang lain dari segi fisik/ rupa saja.

ADU PARIKAN: 
Adegan Jagoan Loro Pangkon dari kedua mempelai saling adu parikan atau berbalas pantun.

ADU SILAT:
Setelah adegan adu parikan, kemudian di lanjut adu pencak silat untuk memperebutkan ayam jago. Prosesi ini berlangsung hingga Jagoan utama berhasil memenangkan adu silat dan mendapat ayam jago yang berisi uang dan perhiasan.

JODHANG: 
Nama lain dari upacara seserahan. Jodhang berisi peningset berupa Jajan Pasar, Makanan, satu set Pakaian, dan Perhiasan untuk mempelai wanita.

PANGGIH: 
Adegan dipertemukannya pengantin Pria  dan Wanita. Kemudian dilanjut bersalaman dari kedua mempelai hingga adegan SUNGKEM, yaitu sebagai wujud kebaktian seorang Istri kepada Suami.

Tak ada data pasti kapan pertama kali munculnya tradisi Manten Pegon di Surabaya. Tradisi ini populer pada abad 19 hingga meredup di penghujung tahun 1990-an. 

Kemeriahan prosesi Manten Pegon yang unik namun sudah jarang dijumpai di Surabaya. Kebanyakan pengantin saat ini memilih gaya Eropa atau modern dan Solo. Sumber: YouTube Bangga Surabaya.

0 komentar:

Posting Komentar